Pilpres Diyakini Dua Putaran dan Ganjar-Mahfud Terpental; Kemana Suara Pendukung Mengarah?

Senin, 15 Januari 2024 08:49 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Semua lembaga survei meyakini Pilpres akan berlangsung dua putaran dan Ganjar-Mahfud diperkirakan terlempar dari kontestasi. Kemana suara pendukung Paslon 03 ini bakal mengarah pada putaran kedua?

Hampir semua lembaga survei meyakini bahwa Pilpres potensial bakal berlangsung dua putaran. Dan berdasarkan angka-angka paling mutakhir yang dirilis lembaga-lembaga survei, pasangan Prabowo-Gibran akan unggul di putaran pertama tapi perolehan suaranya tidak tembus ke angka 51% sebagai syarat minimal untuk memenangi Pilpres satu putaran.

Sementara diurutan kedua dan ketiga, terjadi perkembangan menarik. Paslon Anies-Cak Imin yang dalam beberapa bulan sebelumnya selalu berada di posisi juru kunci, kini beranjak naik dan menyalip Paslon Ganjar-Mahfud. Temuan terbaru angka-angka ini antara lain ditunjukkan oleh beberapa lembaga survei berikut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

CSIS: Prabowo-Gibran 43.70%, Anies-Cak Imin 26.10%, Ganjar-Mahfud 19.40%. Median: Prabowo-Gibran 43,10%, Anies-Cak Imin 26,80%, Ganjar-Mahfud 20,10%. Polling Institute: Prabowo-Gibran 46,20%, Anies-Cak Imin 24,60%, Ganjar-Mahfud 21,30%. Ipsos Public Affairs: Prabowo-Gibran 48.05%, Anies-Cak Imin 21.80%, Ganjar-Mahfud 18.35%. Indonesia Political Opinion: Prabowo-Gibran 42.30%, Anies-Cak Imin 34.50%, Ganjar-Mahfud 21.50%. Lembaga Survei Nasional: Prabowo-Gibran 49,50%. Anies-Cak Imin 24,30%, Ganjar-Mahfud 20,50%. Politika Research and Consulting: Prabowo-Gibran 42,40%, Anies-Cak Imin 28%, Ganjar-Mahfud 21,80%.

Berdasarkan angka-angka tersebut dan jika tidak ada dinamika atau perubahan politik elektoral yang berarti dalam satu bulan kedepan, maka Pilpres putaran pertama akan menghasilkan peringkat sbb : Pertama Paslon 02 Prabowo-Gibran, Kedua Paslon 01 Anies-Cak Imin, Ketiga Paslon 03 Ganjar-Mahfud.

Dengan demikian, Paslon 01 dan Paslon 02 akan melaju ke putaran kedua. Sementara Paslon Ganjar-Mahfud terlempar ke luar arena kontestasi. Normanya begitu. Tetapi secara politik, tentu saja kontestasi akan terus berlanjut. Termasuk Ganjar-Mahfud, Paslon ini belum akan selesai hingga Pilpres putaran kedua tuntas digelar.

Berbasis beberapa pengalaman Pilpres dan Pilkada, Paslon yang kalah di putaran pertama bahkan seringkali sangat menentukan siapa yang akhirnya keluar sebagai kampiun di ujung kontestasi Pilpres nanti. Determinasi elektoral ini akan dipengaruhi dan ditentukan oleh pilihan sikap politik elektoral mereka pada putaran kedua Pilpres.

Lantas, kemana suara para pendukung Ganjar-Mahfud kemudian akan mengarah di putara kedua Pilpres ? Apakah ke Anies-Cak Imin atau ke Prabowo-Gibran? Berikut analisis-kalkulatif berdasarkan kecenderungan pilihan sikap elektoral dari aktor-aktor politik dan basis massa partai koalisi pengusung Ganjar-Mahfud, serta komunikasi dan negosiasi politik oleh Paslon 01 dan Paslon 02.

 

Faktor Elit Koalisi dan Akar Rumput

Ada 4 parpol di koalisi pengusung Ganjar-Mahfud, yakni PDIP, PPP, Hanura dan Perindo. Berdasarkan kedekatan relasi mereka dengan Paslon 01 dan Paslon 02, selain PDIP, parpol-parpol ini potensial bakal mengalihkan dukungan formalnya kepada Paslon 02.

PDIP menjadi pengecualian karena hubungannya yang merapuh dengan Jokowi. Pengalaman pahit ditinggalkan oleh Jokowi dan keluarganya sangat mungkin akan membuat para elit partai ini, terutama Megawati berpikir dua tiga kali untuk mengalihkan dukungan kepada Prabowo-Gibran.

Namun dinamika yang berbeda akan terjadi di akar rumput, terutama di basis massa pemilih PDIP dan PPP. Basis massa kedua partai ini memiliki hubungan yang khas dengan Paslon 01 dan Paslon 02. Pada Pemilu 2014 dan 2019 basis massa PDIP merupakan lumbung suara Jokowi. Basis masa PDIP juga mayoritas adalah warga yang selama ini secara politik tidak menyukai sosok Anies.

Jadi, sebagian besar dari mereka nampaknya dengan terpaksa akan mengalihkan suaranya kepada Prabowo-Gibran yang di belakangnya ada Jokowi. Kecuali mereka yang disadarkan dan terbangun persepsi politik etiknya oleh kasus putusan MK Nomor 90 yang cacat moral itu dan/atau mereka yang setia pada Megawati yang dianggap telah dikhianati oleh Jokowi. Tapi jumlah mereka tidak akan besar kecuali Megawati sendiri secara terbuka mengalihkan dukungan ke Anies dan menginstruksikan seluruh kadernya untuk ikut.

Dinamika yang berbeda nampaknya akan terjadi di akar rumput PPP. Basis massa PPP jelas umat Islam, dan sebagian besar dari mereka adalah Nahdliyin atau setidaknya mengidentifikasikan diri sebagai orang NU. Fakta ini bisa mendorong mereka untuk mengalihkan dukungan kepada Anies-Cak Imin.

Argumennya, selain karena sosok Cak Imin yang tidak bisa dinafikan sebagai kader “darah biru” NU dan faktor identitas keislaman secara umum. Kepemimpinan Mardiono di PPP juga tidak cukup kuat dan mengakar. Jauh kelas disbanding figur Megawati di hadapan konstituen atau basis massa PDIP. Jadi, saya menduga, basis massa PPP sebagian besar akan melabuhkan dukungannya kepada Paslon 01 Anies-Cak Imin.

 

Faktor Negosiasi Politik

Simpulan paling sederhana dari analisis di atas adalah, bahwa baik elit parpol koalisi pengusung Ganjar-Mahfud maupun basis massanya akan terbelah. Mereka tidak akan solid mengalihkan dukungannya kepada hanya satu Paslon, 01 atau 02. Dalam situasi inilah, komunikasi dan negosiasi politik yang bakal dilakukan oleh kedua Paslon di putaran kedua akan sangat menentukan arah akhir dari pengalihan dukungan itu.

Ada tiga faktor penting dalam komunikasi dan lobi politik tersebut yang bisa sangat memengaruhi hasil akhirnya. Pertama adalah soal power sharing yang ditawarkan oleh masing-masing Paslon 01 dan 02 kepada kubu 03. Kedua soal kesepahaman atas nilai-nilai politik kebangsaan yang akan diperjuangkan. Ketiga soal relasi kedekatan antar aktor di masing-masing Paslon 01 dan 02 dengan aktor-aktor di kubu Ganjar-Mahfud.

Soal power sharing, proposal yang ditawarkan kubu Anies-Cak Imin boleh jadi akan lebih menarik, terutama bagi PDIP dan PPP. Slot portofolio kabinet di kubu 01 untuk dinegosiasikan jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang tersedia di kubu 02, karena antrian di kubu 02 sudah mengular. Selain di tubuh Gerindra sendiri, antrian itu barasal dari Golkar, Demokrat, PAN, PBB, PSI, dan Gelora. Sementara di kubu 01 hanya ada tiga parpol : Nasdem, PKB dan PKS.

Terkait kesepahaman atas nilia-nilai politik, peluang terbangunnya kesepahaman itu juga lebih kuat potensi magnitude politiknya pada kubu 01. Kasus putusan MK Nomor 90 yang cacat etik ditambah dengan fenomena “omong kosong netralitas aparat dan pejabat” yang mengakibatkan merebaknya perlakuan tidak adil yang dirasakan oleh kubu 01 dan 03 selama ini potensial bisa mempertemukan mereka dalam satu frame dan frekuensi politik elektoral yang sama.

Terakhir soal relasi kedekatan antar aktor (termasuk aktor di luar koalisi), terutama dalam beberapa waktu terakhir ini. Secara umum semua elit kunci Pilpres 2024 ini memiliki jarak hubungan yang relatif sama, pun pasang-surutnya. Terutama antara Jokowi, Megawati, Surya Paloh, Prabowo dan beberap ketua umum partai di semua koalisi. Dalam situasi demikian, isu-isu elektoral akan menjadi titik simpul menentukan aktor mana akan memilih bergabung dengan aktor mana.    

 

Faktor Ganjar dan Mahfud

Selain faktor elit dan basis massa masing-masing partai koalisi pengusung Ganjar-Mahfud, serta kepiawaian komunikasi dan negosiasi politik. Faktor figur kandidat Capres dan Cawapres 03 sendiri juga penting dikalkulasi, karena sedikit banyak pasti bakal memberi pengaruh pada pergeseran suara para pendukungnya. Terkait aspek ini, ada gejala yang berbeda pada posisi Ganjar dan Mahfud.

Pemilih Ganjar mayoritas berasal dari basis massa PDIP. Kalaupun ada di luar konstituen PDIP, jumlahnya tidak banyak. Nah, kemana basis massa PDIP ini potensial bergeser di atas sudah dijelaskan. Mayoritas potensial akan bergeser ke kubu Prabowo-Gibran dengan beberapa pengecualian yang diterangkan tadi. Ditambah satu pengecualian misalnya Ganjar sendiri secara terbuka menyatakan dukungan pribadinya kepada kubu 01, dengan atau tanpa PDIP.    

Berbeda dengan Ganjar, hemat saya Profesor Mahfud memiliki basis konstituen sendiri yang relatif bebas, tidak terafiliasi baik kepada PDIP-Megawati maupun kepada parpol koalisi pengusunya. Mereka berasal dari kalangan kelas menengah, intelektual kampus dan luar kampus, lingkungan pesantren baik yang terafiliasi dengan NU maupun di luar NU, aktifis pro demokrasi dan para pegiat penegak hukum.

Pendukung Mahfud itu sebagian besar irisan tipikalnya tersebar di kalangan pendukung Anies-Cak Imin. Karena itu, dugaan saya mereka akan lebih mungkin mengalihkan dukungan kepada kubu 01. Apalagi jika Mahfudnya sendiri secara terbuka menyatakan kemana sikap politiknya berlanjut di putara kedua Pilpres.  

Bagikan Artikel Ini
img-content
Agus Sutisna

Penulis Indonesiana l Dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT)

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Pilihan Editor

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Pilihan Editor

Lihat semua